Beberapa waktu lalu di derah Dieng,
Kabupaten Banjarnegara, terjadi banjir bandang. Banjir yang tidak biasanya
sebab daerah tersebut berada di datarang tinggi. Setelah ditelusuri, banjir itu
diakibatkan ada tebing yang longsor kemudian menutup jalur sungai. Air yang
biasanya melewati sungai membelok dan menerjang pemukiman penduduk. Satu hal
yang tak terbayangkan sebelumnya.
Seorang teman pernah mengirimkan pesan
lewat FB, intinya begini, Mengubah arus sungai lebih gampang ketimbang mengubah
akhlak sesorang. Setelah saya renungkan, kalimat tersebut ada benarnya juga.
Meskipun mengubah arus sungai bukan persoalan mudah.
Akhlak bisa dimaknai sebagai perilaku
yang telah menjadi kebiasaan. Untuk melakukannya tidak perlu pemikiran lama,
bahkan seperti reflek. Ketika kaki terantuk batu, dan mulut berucap spontan,
itulah akhlak. Akhlak menjadi perilaku yang tidak bisa dibuat-buat. Seorang
bisa saja dalam beberapa hari bersikpa baik, tapi jika akhlaknya memang buruk,
pada hari berikutnya akan kembali ke aslinya. Sulit untuk diubah.
Meskipun begitu, akhlak bisa diubah
dengan pembiasaan dalam jangka waktu lama, dan tidak lupa memohon kepada Allah
agar diberi akhlak yang baik, akhlakul karimah.
"Allahumma hasanta kholqi wa hasin
khuluqi.”
"Ya Allah, sebagaimana Engkau telah
memperindah rupaku maka perindahlah pula akhlakku." (HR. Ahmad IV/68, 155
dengan isnad shahih. Al-Haitsami berkata dalam Al-Majma', bahwa hadits tersebut
diriwayatkan Imam Ahmad dan perawi-perawinya adalah perawi-perawi yang shahih.
Dinukil dari komentar Syaikh al-Albani dalam al-Irwa'.)
Rasulullah menjadi cermin dalam kebaikan
akhlak, beliau dijamin oleh Allah sebagai orang yang memiliki akhlak baik.
Sehingga beliau memang patut diutus untuk membaikan akhlak umat manusia. Itulah
tugas utamanya.
0 Response to "Mengubah Arus Sungai Lebih Gampang Ketimbang Mengubah Akhlak"