Saat itu pasukan Muslimin baru saja
memperoleh kemenangan di Siprus. Di tengah suasana yang seharusnya dirayakan
penuh suka cita itu ada pemandangan kontras. Abu Darda’ justru menangis tersedu.
Jubair yang merasa keheranan kemudian mendekati. Ingin mengetahui apa yang
terjadi dengan saudaranya itu. Isi percakapan itu kira-kira begini.
“Mengapa engkau menangis di saat
seharusnya kita bersuka cita merayakan kemenangan?”
Abu Darda’ menjawab, “Tahukah engkau
wahai Jubair, bahwa mereka (orang-orang yang baru saja dikalahkan) dahulu
adalah penguasa dan dapat memperoleh kejayaan. Tetapi mereka kemudian
meninggalkan ajaran Allah, dan seperti inilah akibatnya.”
Ya. Begitulah kesudahan bagi orang-orang
yang meninggalkan ajaran Allah. Tidak lain mereka justru akan mengalami
kehancuran. Semakin jauh dari Allah, semakin jauh pula pertolongan Allah.
Lalu apa relevansinya dengan keadaan
sekarang?
Saudaraku, banyak orang berpikir bahwa
untuk bisa bertahan serta mendapatkan kebahagiaan di dunia ini hanya dapat
diperoleh dengan usaha materiil semata. Jika mereka berusaha dengan
sungguh-sungguh, bekerja keras dan semacamnya maka apa yang mereka inginkan
pasti akan tercapai. Seorang pelajar yang ingin lulus ujian kemudian belajar
dengan tekun. Ikut berbagai bimbingan belajar, privat ataupun menjalani
berbagai try out ujian. Mereka berharap dengan usahanya itu dapat memperoleh
hasil yang baik.
Memang tidak ada yang salah, tetapi
cukupkah sampai di situ?
Hampir setiap tahun kita menyaksikan
sebuah hal yang cukup mencengangkan. Seorang siswa yang menjadi juara di
berbagai lomba kecerdasan ternyata gagal mencapai kelulusan. Heran bercampur
tidak percaya. Di saat teman lain yang mungkin tingkat kecerdasannya tak sebagus
dia merayakan kelulusan. Ia justru harus tertunduk lesu menerima kenyataan yang
ada.
Apakah ada yang salah?
Tidak ada yang salah dengan apa yang
telah Allah takdirkan bagi setiap hamba. Seringkali kita lupa bahwa untuk
mendapatkan apa yang menjadi keinginan kita tidaklah cukup ditempuh dengan
cara-cara bumi. Kita butuh cara-cara langit. Karena Allah telah berjanji bahwa
siapapun yang bertakwa kepada Allah maka Dia akan menolongnya. Memberi jalan
keluar dari arah yang tiada disangka.
Manusia hanya bisa berikhtiar sedangkan
Allah yang menentukan hasil akhirnya. Maka sebenarnya mewujudkan keinginan
dengan cara bumi saja belumlah cukup. Usaha itu harus selalu dibarengi dengan
cara-cara langit.
Lalu apakah cara-cara langit itu?
Intinya adalah mendekatkan diri kepada
Allah. Semakin dekat seorang hamba kepada Allah, maka akan semakin mudah ia
mendapatkan pertolonganNya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara
antara lain:
1. Menjauhkan diri dari maksiat
Berbagai kemaksiatan hanya akan
memperkeruh hati dan menumpulkan akal pikiran. Bagaimana mungkin kita memohon
sesuatu kepada Allah sedangkan kita menerjang apa yang menjadi laranganNya.
Pertolongan Allah tidak mungkin dicapai dengan bermaksiat kepada-Nya.
2. Menjalankan berbagai perintah Allah
Yang wajib sudah pasti harus ditunaikan.
Ditambah ibadah sunnah. Shalat malam, shalat dhuha, puasa senin-kamis,
memperbanyak tilawah quran dan sebagainya. Jika hal itu bisa dilakukan secara
rutin (istiqamah) insyaAllah akan segera terasa efek positifnya.
3. Tidak bosan memanjatkan doa
Doa adalah senjata seorang Mukmin. Doa
juga merupakan ibadah sehingga siapapun yang berdoa kepada Allah sesungguhnya
ia juga sedang beribadah dan mendapat pahala. Allah telah berjanji akan selalu
mengabulkan doa setiap hambaNya meskipun bentuk pengabulannya tidak selalu
seperti apa yang kita inginkan.
4. Bertawakkal kepada Allah
Setelah melakukan berbagai usaha.
Menempuh cara-cara bumi dan cara-cara langit hal terpenting yang tidak boleh
dilupakan adalah menyerahkan hasilnya kepada Allah. Bersiap diri untuk tidak
‘menentang’ keputusan Allah sekaligus tidak berputus asa. Karena apapun
hasilnya adalah baik menurut perhitungan Allah.
5. Bersabar atau bersyukur
Ketika segala usaha telah dikerahkan.
Ketika segala hasil telah dipasrahkan. Maka langkah berikutnya adalah bersabar
atau bersyukur. Bersabar saat hasil usaha kita ternyata tidak sesuai harapan.
Dan bersyukur bila apa yang kita inginkan tercapai. Pada keduanya masing-masing
terdapat kebaikan. Sebab iman setengahnya berupa sabar dan setengahnya lagi
adalah syukur.
Saudaraku, inilah relevansi kisah di awal tulisan dengan kehidupan
kita sehari-hari. Bila seseorang jauh dari Allah, maka ia hanya akan
mendapatkan kehancuran dan jauh dari pertolongan Allah. Memang tidak mudah
menempuh cara-cara langit. Tetapi yakinlah bahwa setiap langkah yang kita
ayunkan untuk berusaha menempuhnya akan dicatat sebagai kebaikan yang tidak
pernah hilang.
Muslim bisa unggul karena berpegang
kepada agama Allah, sedangkan orang kafir memperoleh kemajuan (semu) dengan
menjauh dari Allah.
0 Response to "Berikhtiar dengan Menempuh Cara-cara Langit"