Latest Supplement

Memahat Kemanfaatan Bagi Semesta



Pada titik akhir kemanfaatanlah nilai kehidupan manusia ditentukan. Kemanfaatan yang tidak hanya tersemat dalam diri, namun meruah kepada keluarga, masyarakat dan semesta. Ia menjadi tanda syukur atas karunia Allah yang melimpah. Ia sebagai wujud tugas kekhalifahan di bumi. Lalu lewat kemanfaatan itu pula manusia mencapai derajat khairunnas, insan terbaik.

bermanfaat bagi alam semesta
Manusia harus bermanfaat bagi semesta


Cukuplah berdiam di Gua Hira’, maka tidak akan ada kebencian dari orang-orang kafir. Tetaplah bersembahyang di dalam rumah, maka kaum Quraisy tak akan mengusir. Diamlah, dan lupakan kalimat, ‘Ahad, Ahad, Ahad’ maka tak akan ada lagi siksaan dari majikan, Umayah bin Khalaf. Tapi itu tak akan pernah menjadi pilihan pribadi-pribadi agung umat ini. Muhammad Saw, Abu Bakar ash Shidiq dan Bilal bin Rabah. Setelah kebenaran menghunjam di hati, ada kerja yang harus dijalankan agar ia memberi kemanfaatan bagi semesta.

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (Ibrahim [14]: 24-25)

Ego seringkali menjebak orang bijak. Asyik membangun kesalihan diri lalu mengabaikan orang lain. Enggan memperbaiki lingkungan yang ‘kotor’ dengan dalih menjaga kesucian diri. Melalaikan tugas dakwah yang dipikulkan pada setiap insan. Mereka lupa sedang berada dalam perjalanan di atas lautan.

Dari Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhumma dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perumpamaan orang yang berdiri tegak pada had-had Allah dan orang yang menjerumuskan diri di dalam had-had Allah adalah sebagai perumpamaan suatu kaum yang bersama-sama ada dalam sebuah kapal, maka yang sebagian dari mereka itu ada di bagian atas kapal, sedang sebagian lainnya ada di bagian bawah kapal. Orang-orang yang berada di bagian bawah kapal itu apabila hendak mengambil air, tentu saja melalui orang-orang yang ada di atasnya, maka mereka berkata, ‘Bagaimanakah andaikata kita membuat lubang saja di bagian bawah kita ini, suatu lobang itu tentunya tidak mengganggu orang yang ada di atasnya.”

Maka jika sekiranya orang yang di bagian atas itu membiarkan saja orang yang bagian bawah menurut kehendaknya, tentulah seluruh isi kapal akan binasa. Tetapi jika orang bagian atas itu mengambil tangan orang yang di bagian bawah tentulah mereka selamat dan selamat pulalah seluruh penumpang kapal itu.” (Riwayat Bukhari)

Setiap manusia memiliki kemampuan yang dengannya tugas dakwah bisa dilakukan. Jika mampu mencegah kemunkaran dengan tangan (kekuasaan) maka lakukanlah karena itu suatu kelebihan. Jika mampu mencegah kemunkaran dengan lisan maka ucapkanlah karena itu menjadi keharusan. Jika tidak ada kemampuan keduanya, maka pengingkaran hati menjadi pilihan akhir, meskipun inilah selemah-lemahnya iman. Kurang dari itu tidak ada lagi sisa keimanan.

Untuk menebus kesalahan di masa lalu, Fudhail bin ‘Iyadh, seorang yang zuhud, mengikrarkan diri tinggal di Baitul Haram. hari-harinya dilalui dengan taubat dan ibadah. Tak terhitung berapa banyak ia menangis sampai-sampai ada bekas aliran air mata di pipinya. Suatu saat Abdullah Ibnu Mubarak, seorang ‘ulama ahli hadis, memberinya nasihat penuh makna.

“Wahai ‘abid al Haramain, seandainya engkau memperhatikan kami, engkau akan tahu bahwa selama ini engkau hanya bermain-main dalam beribadah.
Kalau pipi-pipi kalian basah dengan air mata
Maka leher-leher kami basah bersimbah darah
Kalau kuda-kuda kalian letih dalam hal yang sia-sia
Maka kuda-kuda kami letih di medan laga
Semerbak wanginya parfum itu untuk kalian
Sedangkan wewangian kami pasir dan debu-debu

Telah datang Al Quran kepada kita menjelaskan, para syuhada tidak akan pernah mati, dan itu pasti!”

Nasihat yang membuat Fudhail tersentak. Membangunkan kesadaran yang selama ini tersamar.
“Engkau benar Ibnul Mubarak. Demi Allah engkau benar,” ucapnya penuh ketegasan.


“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki.” (‘Ali Imran [3]: 169)

0 Response to "Memahat Kemanfaatan Bagi Semesta"