Latest Supplement

JIHAD WIRAUSAHA

Setidaknya ada empat pilar bagi kebangkitan Islam. Ilmu para ulama, pemimpin yang adil, kedermawanan para aghniya’ dan doa orang miskin. Jika empat komponen tersebut bersinergi akan tercipta sebuah kekuatan dahsyat. Sejarah telah membuktikan tentang itu. Hingga Islam sempat menguasai sepertiga dunia. Membentang dari Andalusia di barat sampai India di timur. Menggusur dominasi dua imperium besar kala itu, Romawi dan Persia.




Rasulullah membutuhkan waktu tidak genap 23 tahun untuk menghijrahkan masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat beradab. Memantikkan kepercayaan diri bangsa Arab yang tengah menjadi rebutan Romawi dan Persia. Dalam kurun waktu itu bangsa Arab berubah menjadi bangsa yang maju dan disegani. Semua itu terjadi karena empat pilar penopang kebangkitan Islam terpenuhi.

Masa itu banyak para ‘alim yang mumpuni dalam bidang agama maupun umum. ‘Ali bin Abi Thalib adalah salah satunya. Karena keluasan ilmunya sampai-sampai ia dijuluki baabul ‘ilmi. Dari golongan kaya, ada Utsman bin Affan, Abu Bakar ataupun Abdurrahman bin ‘Auf. Dengan segenap keikhlasan mereka siap mendukung perjuangan kaum muslim secara finansial. Sementara orang-orang miskin juga turut terlibat dalam perjuangan. Banyak dari golongan ini yang namanya terus disebut dalam sirah sahabat. Keimanan dan kesalehan mereka tak perlu diragukan lagi. Bahkan di antaranya termasuk assabiqunal awwalun dari golongan budak. Ada Bilal bin Rabbah sang muadzin. Ada pula keluarga Amr bin Yasir yang begitu heroik mempertahankan keimanan. Ketiga pilar tersebut kemudian dikelola dengan apik oleh pemimpin yang adil dan bijaksana: Rasulullah SAW.. Jadilah semua itu sebuah kekuatan yang menggentarkan lawan.

Jauh waktu dan tempat setelah itu. Di sebuah kampung bernama Kauman. Muncul gerakan yang ingin menegakkan serta memurnikan Islam. Berdasarkan Al Quran dan Hadits. Mengikuti langkah Nabi Muhammad SAW.. Pada kemudian hari gerakan itu dikenal dengan nama Muhammadiyah yang bermakna ‘Pengikut Muhammad’. Gerakan yang dicetuskan KH. Ahmad Dahlan ini pada awalnya didukung oleh para saudagar yang menjadi pedagang dan pengusaha batik. Dengan tujuan jelas untuk memurnikan ajaran Islam yang telah bercampur dengan berbagai pratik kemusyrikan. Didukung hubungan yang luas dan kemampuan kaum menengah untuk melakukan perubahan, Muhammadiyah kemudian dengan pesat tersebar ke seluruh Indonesia dan dapat diterima dengan baik.

Peranan kaum menengah atau para saudagar dalam sebuah pergerakan memang penting. Seperti pernah diungkapkan Prof. Dr. Din Syamsudin saat menjabat Sekretaris MUI, “Dalam sejarah, secara empirik kelas menengah itu mempunyai posisi yang sangat strategis di masyarakat dalam mendorong sebuah perubahan sosial.”

Untuk itu Muhammadiyah sebagai salah satu ormas modern terbesar harus mengakomodasi bagi tumbuhnya kelas menengah kaum Muslimin di Indonesia. Jangan sampai potensi kader-kader Muhammadiyah habis tersedot menjadi birokrat dan politisi. Waktu, tenaga dan pikiran mereka habis memikirkan berbagai persoalan yang ada. Sedangkan Muhammadiyah menjadi terabaikan.

Jika kita menilik dalam kepengurusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, maka Majelis yang seharusnya berperan adalah Majelis Pemberdayaan Masyarakat. Warga Muhammadiyah adalah sebuah captive market yang luar biasa. Mereka tentu akan lebih senang jika apa yang mereka butuhkan dapat disediakan atau dilayani oleh perusahaan atau korporasi yang dimiliki kader Muhammadiyah sendiri. Dengan syarat tetap berpegang pada asas profesionalitas dan penjaminan kualitas.

Untuk itu mulai sekarang Muhammadiyah sudah sepantasnya berupaya menumbuhkembangkan semangat wirausaha kepada para kadernya. Dengan memberikan pendidikan, pelatihan, pendampingan dan berbagai kemudahan dalam merintis usaha. Semakin banyak kelas menengah dalam Muhammadiyah sudah pasti akan mempercepat gerak Muhammadiyah dalam rentang usianya yang akan genap satu abad.


Saudagar-saudagar Muhammadiyah adalah sebuah harapan sekaligus impian agar Muhammadiyah mampu bersaing bukan saja secara moral-spiritual namun juga material-finansial. Mengintegrasikan banyaknya potensi-potensi yang ada di Muhammadiyah untuk dikelola dengan profesional oleh para leadership handal.

0 Response to "JIHAD WIRAUSAHA"