Latest Supplement

Menulis, Mengasah Ketajaman Hati dan Pikiran

Bagi banyak orang menulis dianggap sebagai suatu perkerjaan yang sulit. Sebagian lagi menganggap remeh. Tidak penting. Padahal bila kita cermati. Mau tidak mau, suka tidak suka, banyak dari kita yang akan selalu berhadapan dengan pekerjaan tulis-menulis. Mulai dari membuat tugas sekolah seperti laporan atau makalah. Hingga tugas akhir, skripsi (S1), Tesis (S2) dan Desertasi (S3) bagi mahasiswa.



Harus kita akui, tradisi menulis kalah populer dibanding dengan tradisi berkomunikasi dengan lisan (bicara). Mungkin kita akan betah mengobrol selama berjam-jam. Tetapi ketika disodori pena dan selembar kertas untuk menulis, kita merasa kesulitan. Bingung. Mengapa? Bukankah apa yang kita omongkan bisa kita ubah menjadi bentuk tulisan?

Yang Penting Motivasi!

Jawabnya tentu beragam. Memang dapat kita katakan bahasa lisan sangat berbeda dengan bahasa tulis. Tapi ini kita abaikan dulu.

Bagi seorang Muslim, segala aktifitas yang dikerjakan bisa bernilai ganda. Dunia dan akhirat. Asalkan disertai dengan niat yang benar dan tujuan yang jelas. Begitupun menulis, menjadikannya sebagai suatu ibadah merupakan motivasi yang akan membangkitkan kekuatan luar biasa. Sekarang coba kita lihat lebih dulu definisi motivasi menurut ilmu Psikologi.

“Motivasi adalah proses aktualisasi sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu.”

Sebelum menulis coba tentukan dulu apa alasan yang mendasari kita membuat tulisan. (Alm) Mohammad Diponegoro memberikan beberapa contoh yang biasa menjadi alasan seseorang untuk menulis. Antara lain, mencari ketenaran (karena namanya akan dikenal) dan sebagai jalan mencari nafkah.

Di Indonesia mungkin menulis memang belum bisa dijadikan sandaran hidup. Karena honor yang diterima penulis masih relatif kecil. Minat baca di negeri kita yang rendah menjadi salah satu penyebabnya. Berbeda dengan di luar negeri. Sekedar contoh—untuk lebih memotivasi—kamu pasti kenal dengan JK. Rowling penulis serial Harry Potter yang kesohor itu. Ditaksir kekayaan yang dimilkinya melebihi kekayaan Ratu Elizabeth!

Tetapi bagi seorang Muslim itu belum seberapa. Masih ada imbalan lain yang lebih menggiurkan. Tertarik?

Tujuan hidup manusia ialah beribadah kepada Allah. Sedangkan tujuan dari ibadah itu hanyalah mencari ridha Allah. Proses aktualisasinya bisa bermacam-macam mulai dari ibadah mahdlhah sampai amal-amal lain selama tidak bertentangan dengan syari’at.

Nah, di sini aktifitas menulis termasuk di antaranya. Ingat pesan Nabi Saw. “Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.” Menyebarkan ilmu yang bermanfaat InsyaAllah juga bisa menjadi amal shaleh.

Mungkin cara penyampaian zaman dahulu lebih banyak lewat lisan. Tapi sekarang kita bisa melakukannya dengan berbagai cara. Salah satunya melalui tulisan.

So, mari kita mencoba merangkai kalimat-kalimat dakwah. Siapa tahu dari ujung jari kita mengalir pahala yang tak terbatas dan nggak ada matinya!

“Tiga perkara yang akan mengikuti mayat dan dua daripadanya akan pulang. Hanya satu saja yang akan bersamnay dalam kubur. Perkara tersebut ialah; kaum kerabat, harta benda dan amalannya. Semua kaum kerabat dan harta bendanya akan pulang, yang kekal bersamanya ialah amalannya.” (HR.Bukhari-Muslim)

Dalam hadits lain, “Jika manusia telah meninggal maka putuslah amalnya kecuali tiga macam, sedekah jariyah (yang tahan lama), ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh (berakhalak baik) yang mendo’akan kedua orang tuanya.” (HR.Muslim)

Jika keridhaan Allah menjadi tujuan, pasti apa yang kita lakukan akan memberi manfaat. Bukan saja di dunia tetapi juga di akhirat.

Keuntungan Menjadi Penulis

Meskipun di sini saya menjelaskan tentang keuntungan tapi jangan menanyakan apa kerugiannya. Karena saya tidak mampu menjawabnya.
Dari segi materi, menulis dapat mendtangkan royalty yang terus berjalan menjadi pasif income, hemat biaya transportasi, bagi ibu-ibu rumah tangga bisa bekerja tanpa harus meninggalkan kewajibannya sebagai seorang ibu yang mnegasuh putra-putrinya, bisa diwariskan ke pada anak cucu, buku teramsuk kekayaan inteletual yang bisa diwaribskan kepada keturunannya.
Pengahsilan dari menulis tidaklah sedikit, saya pernah mendengar ada seorang kyai yang bisa mendidirkan pondok dan membiayai operasional hariannya dengan mengandalkan buku yang beliau tulis. Dan konon sampai sekarang buku itu masih diterbitkan sehingga tetap medapat royalti dari penerbit.

Keuntungan non-materi, pahala, menulis menjadi peluang mearup pahala dan menjadi investasi akhirat yang menajanjikan. Ini banyak dipraktekan oelh penulis dan ulama-ulama dari jazirah Arab. Mereka menjadikan tulisan sebagai khazanah keilmuawan sehingga tidak jarang buku mereka boleh diterjemahkan led alam berbagai bahasa tanpa perlu membayar royalti. Bahkan tanpa harus meninta persetujuan mereka.

Menulis juga bisa menambah wawasan, memperlancar bahasa, nama dikenal orang, akan terlati banyak membaca demi mengisi kotak ide.

Menulis bagi sebagian orang juga bisa menghilangkan stress. Bayangkan jika sesorang yang memiliki kapasitas inteletual segunung tapi dia orangnya pendiem. Padahal ingin meyampaikannhya kepad aorang lain tapi tidk berani dnegan bahasa lisan. Jangan-jangan ilmunya malah jadi jerawat. Hee. Nah, lewat bahasa tulis ini dia isa menrealisasikan maksudnya tanpa harus keringatan di depan audience.

Menolong orang lain? Bisa juga. Saya sendiri pernah menulsi buku yang erbawal dari dorongan menolong orang lalin. Ceritanya begini, dulu ibu saya pernah mnegalami sakit tumor payudara. Dalam kurn waktur tiga tahun saya menmani ibu mengupayakan kesempbuahanyya. baik ke rumah sakait-rumah sakit ataupun ke klinik-klinik alternative. Di sinilah saya busa seorlah merasakan abagiaman seorang yang ingin mencapai kesembuhan berusahaa. Bagaimana melihat saudara-sauadar kita yang skit. Sebagian mereka sangat memprihatinkan, tidak ada biaya, tidak ada yangmendampingi. Sudah gitu diribetkan dengan prosedur pengobatan yang rumit plus pelayanan dari petugas yang kurang ramah. Sungguh menyedihkan bukan? Lalu saya berpikiran bagaiomana saya bisa membantu mereka. Setidaknya memberi hiburan, syukur-syukur motivasi kepada mereka untuk tetap sabar dan tegar. Itulah awal dari lahirnya buku saya dengan tajuk ‘Motivasi Motivasi Meraih Kesembuhan’

Menulis Itu Bakat?
Selamat!! Kalau kamu berpikiran demikian berarti kamu juga berbakat. Bukankah sejak kelas TK atau kelas satu SD kamu sudah pandai menulis? Mula-mula kita hanya mengenal satu dua huruf dan kesulitan untuk merangkainya. Tapi sekarang lihatlah betapa pintarnya kita menyusun kalimat-kalimat yang panjang. Apalagi saat menulis surat atau sekedar curhat ma someone (Maklum jatuh cinta!).

Thomas Alva Edison bilang, keberhasilan ditentukan 1% bakat dan 99% kerja keras. …bilang 10% bakat dan sisanya kerja keras. Dan menurut kamu, silakan tetuan sendiri porsinya. Tapi yakinlah bahwa kemahiran menulis itu bisa dilatih. Asal kita tidak bosan mengsahnya. Tidak heran bila Edison yang dianggap dungu dan sempat dikeluarkan dari sekolah pada akhirnya mampu mengejutkan dunia dengan berbagai penemuannya.

Menulispun demikian. Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama. Tinggal bagaimana ia mengembangkan dirinya untuk menjadi penulis. Yakinlah kamu pasti… BISA!

0 Response to "Menulis, Mengasah Ketajaman Hati dan Pikiran"