Ada kabar baik, bisa juga dianggap kabar
buruk, tinggal dari sisi mana orang menilai. Daftar tunggu haji di beberapa
propinsi telah menembus tahun di atas 2020. Artinya jika kita hari ini
mendaftarkan diri untuk menunaikan ibadah haji reguler yang dilayani pemerintah
maka baru bisa berangkat setelah tahun 2020. Meskipun kita membayar lunas saat
ini juga.
Untuk bisa memesan satu nomor antrian
haji, kita harus membayar minimal 25 juta rupiah sebagai setoran awal, maka
kita akan mendapatkan nomor urut. Hal ini secara 'cerdas' ditangkap sebagai
peluang oleh pihak perbankan, mereka kemudian mengeluarkan layanan yang sering
disebut dana talangan haji. Pihak bank 'meminjami' uang setoran awal tersebut
dan calon haji melunasinya dengan sistem angsuran beberapa tahun, jadi ketika
tiba tahun keberangkatan pinjaman tersebut sudah lunas dan tinggal menggenapi sisa
kekurangan biaya haji.
Lamanya antrian haji sebetulnya ada sisi
positif yang bisa ditebak. Kesejahteraan masyarakat yang meningkat, atau
kesadaran beribadah yang kian tinggi. Masyarakat semakin relijius. Meskipun ada
juga yang apriori dengan hal tersebut, dengan berbagai prasangkan buruknya.
Syahdan, jika beberapa tahun lalu dalam
pemberitaan kita sering mendapati seorang pedagang kaki lima, penjual tempe,
atau pedagang bakso keliling naik haji, untuk tahun-tahun mendatang mungkin
jumlah mereka akan berkurang dengan beberapa alasan.
Pertama, bagi para pedagang tempe
kecil-kecilan untuk mengumpulkan dana 25 juta untuk setoran awal, mungkin butuh
waktu bertahu-tahun. Sementara antrian haji kian memanjang dengan adanya dana
talangan dari pihak bank.
Kedua, para pedagang tempe kecil
kemungkinan punya inisiatif mengajukan dana talangan haji ke pihak bank, dan
kalaupun mengajukan, prosentase disetujuinya kecil.
Jika Allah mengijinkan, saya juga ingin
bisa menunaikan ibadah haji, dan akan berusaha sekuat mungkin untuk menghindari
menggunakan dana talangan haji dari bank. Mohon doanya.
0 Response to "Pedagang Tempe Naik Haji"